Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

LOVE FOR ALL HATRED FOR NONE

Jumat, 05 Maret 2010

Pengorbanan, Tabligh Dan Khidmat Khalq


Kelebihan yang kedua dijelaskan bahwa wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquwn Apapun yang kami berikan kepada mereka, kami belajakan sebagiannya. Yakni nikmat apapun yang Allah Ta’ala anugerahkan kepadanya, mereka belanjakan untuk kemaslahatan dan kemakmuran umat manusia, mereka tidak hanya membelanjakan rupiahnya untuk fakir miskin, tapi apapun yang Kami berikan kepada mereka, mereka selalu belanjakan satu bagiannya untuk orang lain.

Didalam bahasa Arab rizq artinya segala sesuatu anugerah Allah Ta’ala, sebagaimana harta juga termasuk kedalam rizq, ilmu dan kekuatan juga, rizq yang berarti biji-bijian, itupun termasuk kedalam rizq. Waktu juga termasuk kedalam rizq. Maksudnya rizq adalah segala sesuatu yang memberikan faidah bagi manusia dalam corak apapun.

Dengan mengatakan mimmaa rozaqnaahum yunfiquwn ditekankan bahwa apapun yang Allah Ta’ala berikan, hendaknya dibelanjakan untuk kemaslahatan manusia. Kalau ada orang yang mempunyai keahlian tapi karena tidak berharta sehingga dia tidak bisa memanfaatkan keahliannya, maka kalian tolonglah dari sisi harta. yang tidak memiliki apa-apa untuk dimakan, berikanlah dia sesuatu untuk dimakan, dia yang tidak punya apa-apa untuk diminum, berikan dia sesuatu untuk diminum. Mereka yang tidak punya sesuatu untuk dipakai, berikanlah sesuatu untuk dipakai.

Sesuai dengan hal itu, Hazrat Khalifatul Masih Awwal menyampaikan satu kisah menarik, bahwa ada seorang tua yang sedang terus-menerus membaca Al-Qur’an Karim, dia menggunakan mulutnya untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an, menggunakan matanya juga untuk melihat kalimat-kalimatnya, dan jari juga menunjuk ayat-ayat seiring pembacaan ayat-ayat. Seseorang bertanya kepadanya,” Apa yang sedang kamu lakukan ini? Dia menjawab,” Allah Ta’ala telah menganugerahkan ketiga bagian tubuh ini, kalaulah aku hanya membacanya (Al-Qur’an) dengan mulut saja, maka Allah Ta’ala akan bertanya, kenapa kamu tidak memanfaatkan tangan dan mata kamu? Kalau aku hanya menggunakan mulut dan tangan saja, maka Allah Ta’ala akan bertanya, kenapa kamu tidak menggunakan mata juga? Dan kalau membaca Al-Qur’an hanya dengan mata saja, tapi tidak menggerakkan mulut dan tangan, maka Allah Ta’ala akan bertanya, kenapa kamu tidak memanfaatkan ini, karena itulah aku menggunakan ketiga bagian tubuh ini dalam satu waktu.


Saya melihat almarhumah ua wanita (kakaknya ayah), meskipun sudah berumur 80, 85 tahun, tapi sepanjang tahun tetap saja memintal kapas menjadi benang, lalu di berikan kepada tukang tenun untuk dibuatkan kain, darinya dibuatkan selimut tebal dan kasur yang terbuat dari kapas lalu dibagikan kepada fakir miskin. Diantaranya banyak sekali pekerjaan yang beliau kerjakan dengan tangan sendiri dan kalau kami katakan kepada beliau supaya menyuruh orang lain saja yang mengerjakannya, beliau menjawab,” Kalau begitu rasanya tidak nikmat”. Jadi, Perlu sekali untuk membelanjakan segala pemberian Allah Ta’ala di jalan-Nya. Mereka yang setelah memberikan beberapa rupiah saja lantas beranggapan bahwa hal ini sudah diamalkan, adalah keliru. Orang yang membelanjakan uangnya tapi tidak menggunakan mulutnya untuk bertabligh, tidak bisa mengatakan bahwa dia sudah mengamalkan dengan sepenuhnya perintah ini. Atau seorang yang betabligh, tapi tidak mengkhidmati janda-janda dan anak yatim, dia pun tidak bisa mengatakan bahwa dia sudah mengamalkan perintah ini dengan baik. Untuk itu perlu juga untuk mengorbankan perasaan kita sendiri di jalan Allah Ta’ala. Misalnya marah kepada seseorang, lalu memafkannya. Didalam perintah ini termasuk juga berbagai macam pekerjaan yang berhubungan dengan khidmat khalq yang seyogyanya diperhatikan secara khusus oleh pemuda-pemudi jemaat kita dan mengkhidmati seluruh umat manusia tanpa membeda bedakan agama dan golongan sesuai standar seorang ahmadi, supaya mereka mendapatkan keridloan Allah Ta’ala.
(Tafsir Kabir Jilid 7 ,Hal. 523-524)
(Penerjemah: Mahmud Ahmad Wardi)


Yang dimaksud kalimat wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquwn (mereka membelanjakan dari apa-apa yang kami rezekikan kepada mereka) dalam ayat ini tidak hanya uang. Dengan hanya memberikan beberapa rupiah saja, lantas manusia bisa dianggap sebagai orang yang telah melaksanakan kewajibannya. Tapi maksud dari wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquwn adalah bahwa matanya, otaknya, telinganya, hidungnya, tangan dan kakinya dan tubuhnya pun termasuk didalamnya (rozaqnaahum), maksud dari kalimat wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquwn juga rumahnya, Gandum/beras yang dia gunakan, bahkan sayur lobak, wortel, dan gula yang ditanam oleh petani pun termasuk didalamnya. Tidak diragukan lagi bahwa memang seseorang yang membelanjakan uangnya, bisa ditetapkan sebagai orang yang memberikan pengorbanan harta. Tapi syariat tidak hanya memerintahkan untuk memberikan pengorbanan harta saja, bahkan syariat juga memerintahkan supaya apapun yang telah kami berikan kepadamu, belanjakanlah satu bagiannya dijalan Allah Ta’ala! Jadi kalaulah ada orang yang menyerahkan seluruh harta kekayaannya sabagai candah, tapi matanya tidak mengambil bagian dalam mengkhidmati hamba Allah Ta’ala, tangan dan kakinya tidak mengambil bagian dalam mengkhidmati hamba Allah, maka dia tidak bisa mengatakan bahwa dengan menyerahkan seluruh harta kekayaannya, berarti kami sudah melaksanakan kewajiban kami. hal ini bisa disebut sebagai mantik (ilmu dalam berbicara), tapi tidak bisa disebut dengan agama. Untuk memenuhi tuntutan agama, perlu untuk menggunakan seluruh anggota tubuh untuk mengkhidmati hamba Allah Ta’ala.

Terdapat didalam hadits-hadits, bahwa ketika seluruh umat manusia akan dipersembahkan dihadapan Allah Ta’ala pada hari kiamat, maka Dia (Allah) akan mengatakan kepada sebagian orang,” Wahai hambaku! Saat itu aku kelaparan, engkau telah memberikan aku makan, saat itu aku lapar, engkau telah memberikan aku minum, saat itu aku tidak berpakaian, engkau telah memberikan aku pakaian, saat itu aku sakit, engkau telah menjengukku, karena itu masuklah, masuklah kedalam surgaku! Hamba tersebut akan berkata,” tobah-tobah apalah dayaku sehingga aku bisa memberi engkau (Tuhan) makan, memberikan engkau minum, memberikan engkau pakaian, menjenguk engkau ketika sakit. Engkau terbebas dari semua (penderitaan) itu, Allah Ta’ala akan menjawab,” Tapi ketika hambaku yang hina dan kelaparan datang kepadamu, engkau memberinya makan, maka seolah-olah engkau telah memberiku makan, begitu jugalah ketika hambaku yang hina dan lapar datang kepadamu, lalu engkau memberinya minum, maka seolah-olah engkau telah memberiku minum, begitu juga ketika hambaku yang tidak berpakaian dan sakit, engkau telah memberinya pakaian dan menjenguknya, engkau tidak memberikan hamba itu pakaian, engkau tidak menjenguknya, tapi pada hakikatnya engkau telah memberiku (Tuhan) pakaian dan telah menjengukku, karena itu masuklah, masuklah kedalam sorgaku, Jadi Maksud dari wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquwn disini adalah memberikan perhatian kepada kita supaya seberapapun daya dan kekuatan yang didapatkan oleh seorang mukmin dari Allah ta’ala, maka dia (mu’min) itu wajib untuk menggunakan kekuatan itu hanya untuk kebaikan umat manusia, dan janganlah bahagia hanya dengan dia sudah memberikan rupiah, sudah mendirikan shalat, sudah berpuasa.
Perhatikanlah, suatu saat Rasulullah SAW pernah membuat satu gerakan pengorbanan harta, maka ada seorang sahabat yang tidak memiliki apa-apa, dia membawa dua butir manisan dari biji-bijian lalu di persembahkan dihadapan Rasulullah SAW. Setelah melihat pemandangan ini, para munafiqin tertawa dan mengatakan,’nah, sekarang dunia akan meraih kemenangan dengan dua butir manisan dari biji bijian. Padahal seandainya mata (orang munafiq) itu bisa berbicara, maka dia akan menganggap bahwa itu bukanlah dua butir manisan dari biji-bijian, tapi merupakan dua tetesan darah dari hati yang gelisah/tidak berdaya dalam mencintai Allah yang telah dia persembahkan kehadapan Rasulullah SAW dan dunia selalu menang dengan tetesan darah dari hati, bukanlah dengan sarana-sarana duniawi. Jadi tanda akan sempurnanya keimanan adalah bahwa apapun yang kalian makan di dirumah-rumah kalian, apapun yang kalian hasilkan dari mata pencaharian kalian, apapun yang kalian pakai, apapun yang kalian belanjakan, berikanlah satu bagiannya kehadapan Allah Ta’ala dan gunakanlah kekuatan kalian hanya semata-mata untuk kebaikan dan kemaslahatan umat manusia.
(Tafsir Kabir jilid 6, hal 52,53)
Penerjemah:Mahmud Ahmad Wardi

ShareThis

 

Kembali lagi ke atas